Diskusi & Pemutaran Film

Kerangka Acuan Kegiatan Diskusi dan Pemutaran Film

A. LATAR BELAKANG 
Aksi peledakan bom Bali 2002 telah menjadikan Indonesia menjadi sorotan masyarakat dunia. Peristiwa yang menewaskan 202 orang dan melukai ratusan orang lainnya ini telah menimbulkan kemarahan dan keprihatinan masyarakat dunia. Mayoritas korban adalah turis asing yang saat itu sedang berlibur dan warga negara Indonesia yang saat itu berada di Sari Club, Bali. Berbagai upaya dan pendekatan dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk menangkap otak dari para pelaku terror bom tersebut. Namun ternyata, tidak cukup untuk membuat para pelaku terror bom lainnya berhenti melakukan aksi terornya. Indonesia masih harus menghadapi serangkaian aksi pengeboman diantaranya bom hotel JW Mariott tahun 2003, bom Kedutaan Australia tahun 2004, Bom Bali 2005, Bom JW Marriot dan Ritz Carlton 2009. Di tahun 2011, kita juga menyaksikan beberapa teror bom di antaranya bom buku, bom bunuh diri di Mesjid Al-Dzikra Mapolresta Cirebon serta yang terakhir adalah bom bunuh diri di gereja di Solo. Kejadian tersebut menunjukkan bahwa penanganan kasus terorisme oleh pemerintah melalui penangkapan dan pengadilan belum mampu meminimalisir kemungkinan munculnya peristiwa kekerasan (bom) di Indonesia. Proses rekrutment para pelaku teror dilakukan secara tertutup dan rapi. Bisa melalui pendekatan personal yang dilakukan oleh kelompok gerakan Islam Radikal. Kelompok ini juga menggunakan pendekatan-pendekatan ideologis, sosiologis, politik, ekonomi dan kondisi psikologis untuk menarik simpati dalam proses rekrutment mereka. Di sisi lain, juga semakin maraknya kekerasan terhadap kelompok minoritas di Indonesia, seperti Ahmadiyah dan beberapa gereja, yang dilakukan oleh kelompok-kelompok Islam Radikal. Banyaknya peristiwa kekerasan yang terjadi sekarang menunjukkan ketidak mampuan Negara dalam melakukan counter-narasi yang digunakan oleh kelompok Islam Radikal. Oleh karenanya, dibutuhkan strategi alternative untuk menghadapi radikalisasi dan perilaku kekerasan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat kita. Kegiatan diskusi dan pemutaran film yang mengupas aksi radikalisme dari berbagai persepektif serta dampak dari aksi terorisme diharapkan dapat turut menciptakan ruang dialog bagi publik dan juga menjadi ruang bagi proses berpikir kritis untuk memperkuat pemahaman akan dampak nyata dari sebuah aksi kekerasan. Diksusi dan pemutaran film ini juga diharapkan dapat membantu terciptanya narasi dan inisiatif baru dalam masyarakat melalui komunitas-komunitas lokal yang dapat digunakan untuk terciptanya perdamaian dan penyelesaian kasus-kasus kekerasan di Indonesia.

B. TUJUAN
Diskusi dan Pemutaran film ini bertujuan untuk memberikan ruang dialog publik bagi terciptanya narasi-narasi dan diskursus baru sebagai salah satu upaya pencegahan aksi-aksi kekerasan.

C. TEMA KEGIATAN
“Mengupas Radikalisme, Mewujudkan Pluralisme”

D. WAKTU & TEMPAT PELAKSANAAN
Hari : Rabu
Tanggal : 29 Februari 2012
Waktu : 12.00 - Selesai
Tempat : YKSUWI Lamongan

E. SYNOPSIS FILM
Bom Bali 1 yang terjadi tahun 2002 telah mengubah wajah Indonesia secara signifikan dan menyisakan perdebatan panjang tentang jihad, gerakan Islam, terorisme dan kemanusiaan. Dua keluarga dengan latar belakang agama yang sama yaitu Islam, salah satu adalah keluarga pelaku, yang kedua, adalah keluarga korban. Menarik tentunya kalau kita lihat dari pemahaman mereka mengenai jihad itu sendiri. Dan apakah kondisi kedua keluarga ini memiliki pandangan jihad yang sama? Dari perdebatan panjang mengenai jihad itu sendiri, toh pada kenyataannya, aksi bom bunuh diri di Indonesia melahirkan anak-anak yatim baru baik yatim dalam arti sesungguhnya (biologis), maupun yatim secara sosial. Noor Huda Ismail, seorang mantan wartawan The Washington Post dan alumni Pondok Pesantren Al-Mukmin Ngruki sekaligus teman karib Mubarok sewaktu masih di pesantren Ngruki Solo akan menceritakan kegelisahannya dalam diskusi dan pemutaran film. Bom Bali 2002 telah menelan korban jiwa sebanyak 202 orang dari berbagai negara. Selain itu, peristiwa ini juga mengakibatkan trauma sosial dan trauma psikologis bagi para korban yang masih hidup. Australia 88, Indonesia 38 (kebanyakan suku Bali), Britania Raya 26, Amerika Serikat 7, Swedia 5, Belanda 4, Perancis 4, Denmark 3, Selandia Baru 3, Swiss 3, Brasil 2, Kanada 2, Jepang 2, Afrika Selatan 2, Korea Selatan 2, Ekuador 1, Yunani 1, Italia 1, Polandia 1, Portugal 1, & Taiwan 1.

F. PENUTUP
Harapan kami kegiatan ini dapat berjalan dengan sukses sebagaimana target yang diharapkan. Semoga ketulusan serta partisipasi semua pihak dapat menjadikan kontribusi yang positif untuk jalannya kegiatan ini sebagai bentuk dan tanggung jawab sosial demi masa depan bangsa.

Wallahul muwaafiq Ila Aqwaamit Thorieq
Lamongan, 09 Februari 2012

0 komentar:

Posting Komentar