Budaya Indonesia banyak sekali jumlahnya, tiap
wilayah akan memiliki budaya dan kearifan lokal yang berbeda-beda. Perbedaan
itu membuat Indonesia semakin eksotis dimata dunia. Perbedaan itu membuat
Indonesia semakin dewasa dan bijaksana. Begitu pula dengan Jawa Timur, Provinsi
paling timur di pulau jawa ini memiliki keunikan tersendiri. Tentunya dalam hal
kebudayaannya. Jawa Timur memiliki sepuluh wilayah kebudayaan yang berbeda,
uniknya ini dalam satu provinsi yang sama. Ini bisa menjadi keunikan bahkan
peluang memajukan Jawa Timur dan mungkin Indonesia jikalau kita mampu memahami
dan menjaga agar kesepuluh wilayah ini tetap ada dan berkembang. Jawa Timur
memiliki luas sekitar 47.922 km² dengan jumlah penduduk 37.687.662
pada tahun 2011 yang tersebar pada 38 kabupaten dan kota tentunya akan membuat
Jawa Timur memiliki beragam kebudayaan yang muncul dari perilaku masyarakat.
Menurut Koentjaraningrat (1983) tentang unsur
kebudayaan, beliau menyatakan bahwa ada tujuh unsur dalam sebuah kebudayaan
secara universal. Ketujuh unsur kebudayaan tersebut antara lain adalah sistem
religi, sistem organisasi masyarakat, sistem pengetahuan, sistem mata
pencaharian dan sistem ekonomi, sistem teknologi dan peralatan, bahasa, dan
kesenian. Ketujuh unsur kebudayaan itu membuat Jawa Timur tebagi menjadi
sepuluh wilayah kebudayaan. Menurut Ayu Sutarto (2004) ada sepuluh wilayah
kebudayaan Jawa Timur yaitu Jawa Mataraman, Jawa Panaragan, Arek, Samin (Sedulu
Sikep), Tengger, Osing (Using), Pandalungan, Madura Pulau, Madura Bawean, dan
Madura Kangean. Kesepuluh wilayah tersebut tentu memiliki keunikan tersendiri,
corak budaya yang berbeda dan kearifan lokal yang akan membangun Jawa Timur
menjadi salah satu dari sekian ribu kawasan di Indonesia yang sangat eksotis,
serta membangun masyarakat Indonesia yang lebih baik dan bermartabat.
Wilayah kebudayaan Jawa Mataraman memiliki corak
kebudayaan yang hamper sama dengan yang ada di wilayah Yogyakarta dan Surakarta
atau corak kebudayaan dari Kerajaan Mataram. Pola kehidupan masyarakatnya juga sangat
mencerminkan kehidupan masyarakat jawa mataram. Bahasa yang digunakan
masyarakat wilayah ini juga sangat mataram, walaupun tingkat kehalusan berbeda
dengan masyarakat yang ada di Yogyakarta dan Surakarta, namun pada dasarnya
mereka memiliki satu garis leluhur yang sama. Cara bercocok tanam dan sistem
sosial masyarakat jawa mataraman juga tidak jauh beda dengan wilayah mataram di
jawa tengah. Begitu pula dengan selera kesenian yang sangat bercorak mataram,
banyak jenis kesenian seperti ketoprak, wayang purwa, campur sari, tayub,
wayang orang, dan berbagai tari yang berkait dengan keraton seperti tari Bedoyo
Keraton. Wilayah yang tercakup dalam Jawa Mataraman yaitu masyarakat yang
tinggal di wilayah Kabupaten Ngawi, Kabupaten dan Kota Madiun, Kabupaten Pacitan,
Kabupaten Magetan, Kabupaten dan Kota Kediri, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten
Tulungagung, Kabupaten dan Kota Blitar, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Tuban,
Kabupaten Lamongan, dan Kabupaten Bojonegoro. Namun masih perlu dipertanyakan
jika Lamongan dan Bojonegoro termasuk dalam wilayah kebudayaan ini, karena dari
segi bahasa menurut saya sangat berbeda. Ini semua masih butuh penelitian yang
lebih lanjut agar dapat dipastikan cakupan wilayah kebudayaan Jawa Mataraman.
Wilayah Jawa Panaragan merupakan masyarakat
daerah Ponorogo. Wilayah kebudayaan disini secara cultural terkenal dengan
masyarakat yang sangat menghormati tokoh-tokoh formal yang mereka kenal sebagai
pangreh praja, tetapi tokoh-tokoh seperti warok dan ulama juga menjadi tokoh
penting dalam masyarakat Panarangan. Jenis kesenian wilayah ini sangat terkenal
di Indonesia bahkan dunia, serta sempat diklaim sebagai kebudayaan sebuah
negara di Asia yang secara garis kebudayaan memang masih serumpun yaitu melayu.
Jenis kesenian tersebut yaitu Reog Ponorogo, juga beberapa kesenian lain
seperti lukisan kaca dan tayub ponorogo. Pada wilayah ini juga masih butuh
penelitian lebih lanjut, mengapa daerah ini tidak masuk dalam wilayah Jawa
Mataraman? Melihat kondisi geografis wilayah ini diapit oleh daerah dengan
kebudayaan Jawa Mataraman, seperti Pacitan, Magetan, Madiun, dan Kediri.
Wilayah Arek merupakan wilayah kebudayaan yang
cukup dikenal dan dapat dikatakan sebagai ciri khas Jawa Timur. Masyarakat
wilayah ini dikenal memiliki semangat juang yang tinggi, terbuka terhadap
perubahan masa, dan mudah beradaptasi. Bondo nekat menjadi ciri khas
komunitas ini. Perilaku tersebut bisa sangat positif hingga munculnya sifat
patrotik ya sangat luar biasa, namun bisa menjadi sangat destruktif apabila
tidak ada kontrol dari masyarakat itu sendiri. Surabaya dan Malang menjadi
pusat kebudayaan Arek. Kedua kota besar ini menjadi pusat kebudayaan Arek
karena kondisi sosial masyarakatnya yang begitu komplek dan heterogen, bisa
dikatakan menjadi pusat bidang pendidikan, ekonomi, dan parawisata di Jawa
Timur. Terutama pada kota Surabaya yang menjadi tempat yang nyaman bagi segala
kebudayaan yang datang bersinggah di Jawa Timur. Kesenian tradisional (rakyat)
yang banyak berkembang di sini adalah Ludruk, Srimulat, wayang purwa Jawa
Timuran (Wayang Jek Dong), wayang Potehi (pengaruh kesenian China), Tayub, tari
jaranan, dan berbagai kesenian bercoral Islam seperti dibaan, terbangan, dan
sebagainya. Sikap keterbukaan, egalitarian, dan solidaritas yang tinggi membuat
semua jenis kesenian bisa hidup di wilayah ini seni rupa berbagai jenis, gaya,
dan aliran mampu berkembang pesat di wilayah kebudayaan Arek, begitu juga
dengan seni kontemporer, sastra, tari, dan teater yang menjadi warna tersendiri
pada kebudayaan Jawa Timur. Wilayah kebudayaan Arek meliputi Surabaya, Malang,
Mojokerjo, Gresik, Sidoarjo.
Wilayah kebudayaan Samin merupakan wilayah dengan
populasi yang semakin sedikit keberadaannya. Masyarakat Samin sangat unik,
mereka paling anti dengan yang namanya penjajahan dan bersikap jujur merupakan
harga mati bagi mereka. Masyarakat komunitas Samin menganggap manusia yang baik
adalah manusia yang kata dan perbuatannya sama. Wilayah kebudayaan Samin
berpusat di Blora Jawa Tengah, namun persebarannya hinggi mencakup Jawa Timur,
yaitu Bojonegoro. Wilayah ini masih butuh banyak penelitian-penelitian yang
lebih akurat, karena melihat kondisinya yang semakin tersingkir oleh jaman,
sudah sepatutnya kita turut menjaga dan melestarikan wilayah ini sebagai
warisan leluhur yang tentu sangat bermanfaat untuk membangun Indonesia dan Jawa
Timur pada khususnya.
Wilayah kebudayaan Madura pulau dikenal sebagai
komunitas dengan keuletan dan ketangguhannya. Jiwa penjelajahnya begitu
terkenal hampir serupa dengan masyarkat bugis dan minangkabau. Kondisi tanah
yang kurang subur menyebabkan mereka harus melakukan tindakan lain selain
bertani. Garam menjadi komoditi utama masyarakat Madura dalam bidang
perekonomian. Agama Islam menjadi hal yang paling mendasari mereka dalam
bertindak dan bersikap. Seperti halnya Ponorogo, kiai menjadi tokoh yang sangat
berpengaruh dalam masyarakat. Sistem pendidikan pesantren semakin membuat tokoh
agama seperti kiai ini sangat berperan dalam segala bidang kehidupan masyarakat
Madura. Kesenian yang berkembang di wilayah ini banyak diwarnai nilai Islam.
Mulai dari tari Zafin, Sandur, Dibaan, Topeng Dalang (di Sumenep), dan
sebagainya. Karya sastra bernuansa Islam juga sangat mewarnai kebudayaan
masyarakat Madura. D. Zawawi Imron merupakan kiai sekaligus maestro sastra
Indonesia juga berasal dari pulau garam ini. Bahasa Madura memiliki keunikan
tersendiri di Jawa Timur. Ragam Bahasa Madura sangat berbeda dengan apa yang
ada kebanyakan di Jawa Timur. Masyarakat kebudayaan ini juga berhubungan dengan
masyarakat Madura Bawean dan Kangean yang pada dasarnya merupakan kebudayaan
Madura, namun memiliki perbedaan diantara mereka, yang itu masih perlu
penelusuran lebih lanjut.
Wilayah kebudayaan Pandalungan merupakan
masyarakat yang tinggal di daerah pesisir pantai utara Jawa Timur Bagian timur,
seperti Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, Jember, Sitobondo, dan Bondowoso.
Sebagian besar masyarakat wilayah ini memilih untuk bercocok tanam dan sebagai
nelayan. Masyarakat wilayah ini sangat dipengaruhi oleh budaya Madura. Corak
mataraman dan Pandalungan mewarnai kesenian pada wilayah ini, dengan corak
keislaman yang begitu kuat dalam setiap kesenian yang ditawarkan. Ada hal unik
dalam kebahasaan masyarakat Pandalungan, apabila kita bertemu dengan kawan yang
berasal dari Pandalungan kita akan mengira mereka adalah orang Madura, terlihat
dari bahasa mereka, padahal mereka bukan orang Madura, bahasa mereka lebih
condong ke bahasa jawa, namun dengan dialek Madura yang sangat kuat. Merekapun
tidak mau disebut orang Madura, karena mereka punya kebudayaan tersendiri,
walaupun masih mendekati kesamaan dengan wilayah Madura.
Wilayah kebudayaan Osing merupakan wilayah yang
cukup khas di Jawa Timur. Terletak di daerah kabupaten Banyuwangi, terutama di
wilayah yang berdekatan dengan Bali. Masyarakat Osing begitu rajin dalam hal
pertanian dan memiliki bakat seni yang luar biasa. Kesenian masyarakat ini
perpaduan budaya Jawa dan Bali, serta pengaruh Pandalungan juga begitu terlihat
karena mobilitas sosial wilayah ini juga berhubungan dengan wilayah
Pandalungan. Wilayah masyarakat Osing ada kesenian Gandrung Banyuwangi yang
begitu terkenal di Jawa Timur, sekaligus Indonesia pada umumnya, lalu Kentrung,
dan Burdah (Gembrung).
Wilayah kebudayaan Tengger mencakup wilayah
Tengger Bromo, Probolinggo. Masyarakat ini sangat terkenal dengan tradisinya
yang masih sangat terjaga. Nilai-nilai kerajaan Majapahit masih sangat melekat
dalam tiap tindakan masyarakat Tengger. Animisme dan Hindu juga tetap hidup
dalam wilayah ini. Ucapara Kasada merupakan ritual adat yang paling terkenal di
masyarakat Tengger. Bertani dan menikmati hasil hutan merupakan objek
bergantungnya kehidupan masyarakat Tengger. Wilayah ini juga merupakan objek
wisata yang sangat dirindukan oleh banyak wisatawan lokal dan asing.
Itulah kesepuluh wilayah kebudayaan Jawa Timur
yang masing-masing memiliki cira khas dan keunikan tersendiri yang tentunya
dapat kita manfaatkan untuk kehidupan kita sehari-hari. Data di atas jauh dari
kata sempurna, namun data tersebut bisa sedikit memberikan gambaran kepada kita
apa itu Jawa Timur. Penelitian-penelitian kebudayaan masih sangat dibutuhkan
untuk mengungkap segalanya tentang Budaya Jawa Timur. Indonesia begitu kaya
dengan segala kearifan lokalnya yang seharusnya bisa membuat bangsa ini menjadi
negara super power tentunya bukan karena militernya seperti halnya
Amerika, juga bukan karena perekonomiannya seperti China, apalagi
perpolitikannya, Indonesia negara adidhaya dengan senjata Budaya.
Sumber:
www.dewankeseniangresik.blogspot.com diakses pada 27 Desember 2012, pukul 10.00 WIB
www.dewankeseniangresik.blogspot.com diakses pada 27 Desember 2012, pukul 10.00 WIB
Kusnadi. Cerita Rakyat Pesisiran Jawa Timur
Perspektif Antropoligis. Jember.
Koentjaraningrat. 1983. Pengantar Ilmu
Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.
Ayu Sutarto. "Studi
Pemeetaan kebudayaan Jawa Timur" (Studi Deskkriptif
Pembagian 10 (sepuluh) sub kebudayaan Jawa
Timur). 2004. Program Studi Antropologi.
FISIP-Universitas Jember.
0 komentar:
Posting Komentar