Dalam kesempatan ini, khatib mengajak untuk kembali menengok sejenak awal mula
adanya perayaan maulid Nabi. Jika pada mulanya Maulid Nabi Muhammad saw dilakukan
hanya dengan cara berpuasa oleh shahibul maulid, Nabi Muhammad saw,
lalu diteruskan oleh para sahabat hingga tabiin dengan menyenandungkan pujian
dan pembacaan biografi luhur Sang Nabi, maka selanjutnya Maulid Nabi berkembang
menjadi sebuah perayaan yang meonumental dan semarak. Adapun orang yang
mempelopori perayaan Maulid Nabi secara semarak adalah Abu Said Malik
Mudhaffar, Gubernur wilayah Irbil di masa pemerintahan Sultan Salahuddin
al-Ayyubi.
Maulid Nabi dirayakan secara besar-besaran dan gegap gempita untuk mengimbangi
maraknya perayaan Natal oleh umat Nasrani di negara-negara Islam. Peringatan
Maulid Nabi ini sekaligus untuk menyatukan dan membangkitkan ruh jihad umat
Islam. Pada saat itu umat Islam sedang menghadapi Perang Salib yang dihasut
oleh Paulus Urbanus II di Celermont Perancis Selatan pada 26 Nopember 1095 M
untuk merebut Masjid al-Aqsa dari tangan kaum muslimin untuk dijdikan gereja.
Umat Islam sudah merasa lelah dan hampir putus asa menghadapi perlawanan
tentara Salib yang didukung oleh seluruh negara Eropa. Sebab secara
politis, umat Islam pada saat itu terpecah belah menjadi beberapa kerajaan dan
kesultanan yang sektoral, meskipun kekhalifahan tetap berada di Bagdad sebagai
lambang persatuan spiritual.
Lebih dari 150 tahun lamanya umat Islam
diintimidasi dan dijajah oleh tentara Nasrani yang berkalung salib.
Perang ini adalah perang yang paling biadab dalam sejarah umat manusia.
Tak sedikit tokoh-tokoh Islam diasingkan, sementara anak-anak kaum muslimin
diserahkan kepada para pendeta untuk dikristenkan, bahkan ribuan yang lain
orang Islam dibantai dan dieksekusi
Salahuddin al-Ayyubi berpendapat bahwa semangat
juang umat Islam harus dihidupkan kembali dengan cara menumbuhkan kecintaan
umat kepada nabinya dengan rasa cinta yang benar. Dia menghimbau umat
Islam di seluruh dunia agar memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad saw pada
tanggal 12 Rabi’ul Awal setiap tahun. Jangan sampai hari yang agung itu
berlalu begitu saja tanpa ada peringatan atau perayaan apa-apa.
Pada mulanya gagasan al-Ayyubi ini dipertanyakan oleh sebagian kecil kaum
Muslimin, karena hari besar Islam itu Hanya dua, Idul Fitri dan Idul
Adha. Akan tetapi Salahuddin menegaskan bahwa perayaan Maulid Nabi
Muhammad saw hanyalah upaya menyemarakkan syiar Islam, bukan perayaan yang
bersifat ritual, bukan bersifat syar’i. Sehingga perayaan maulid Nabi
tidak dapat dikategorikan sebagai bid’ah yang dilarang. Ketika Salahuddin
al-Ayyubi meminta persetujuan dari Khalifah Abu Abbas Ahmad Nasiruddin di
Bagdad, ternyata khalifah sangat setuju.
Maka pada musim haji tahun 579 H/1183 M, Salahuddin sebagai penguasa Haramain
(kota Mekah dan Madinah) mengeluarkan instruksi kepada seluruh jamaah haji,
agar jika pulang ke kampung halaman masing-masing segera mensosialisasikan
kepada umat Islam di mana saja berada, bahwa mulai tahun 580 H/1184 M, tanggal
12 Rabi’ul Awal dirayakan Maulid Nabi Muhammad saw dengan mengadakan berbagai
kegiatan yang membangkitkan jihad umat Islam.
Sebagai penggagas maulid Nabi secara semarak, Salahuddin al-Ayyubi pun
mengadakan festival Maulid Nabi secara besar-besaran pada tahun yang
sama. Al-Ayyubi menyelenggarakn sayembara penulisan riwayat hidup Nabi
Muhammad saw beserta puji-pujian bagi Sang Nabi dengan bahsa yang seindah
mungkin. Seluruh ulama dan sastrawan diundang untuk mengikuti kompetisi
tersebut, dan tampil sebagai pemenangnya adalah Syaikh Ja’far al-Barzanji,
dengan gubahan prosa bersajaknya yang dikenal dengan sebutan Maulid al-Barzanji
dan dibaca oleh umat Islam di berbagai belahan dunia Muslim hingga ssat ini.
Hasilnya, Festival Maulid Nabi yang
diselenggarakan Sultan Salahuddin al-Ayyubi membuahkan hasil yang
gemilang. Semangat umat Islam menghadapi laskar Salibis dalam perang
Salib kembali bergelora. Salahuddin berhasil menghimpun kekuatan,
sehingga pada tahun 583 H/1187 M, Yerusalem direbut kembali oleh
al-Ayyubi dari tangan bangsa Eropa dalam perang Hittin, sehingga
masjid al-Aqsa kembali sampai detik ini.
Berkah peringatan maulid Nabi itulah, kemenangan berhasil diraih oleh kaum
muslimin, masjid al-Aqsa pun kembali ke pangkuan umat Islam. Namun di
tengan gempita umat menyambut perayaan maulid Sang Nabi yang terekspresikan
dalam berbagai bentuk acara dan seremoni, ada sebagain oknum yang
menentang perayaan maulid Nabi. Bahkan para penentang ini melakukan
konspirasi-konspirasi untuk melemahkan semangat jihad umat Islam.
Kelompok ini adalah Kristen Eropa dan kaum Zeonis yang bertujuan untuk menekan
kekuatan Islam dari dalam dengan mengatasnamakan gerakan Islam Salafi.
Dicarilah dalil-dalil untuk menyesatkan pemahaman kaum Muslimin tentang Maulid
Nabi yang sesungguhnya. Karena mereka tahu betul kedahsyatan Maulid Nabi
yang telah mampu menyentuh hati umat Islam yang paling dalam dan membangkitkan
ghirah perjuangan untuk menghidupkan sunah-sunah Rasulullah, sehingga umat
Islam selalu siap terjun ke medan perang untuk menghadapi musuh-musuhnya demi
mendapatkan ridha Allah semata.
Kekalahan Barat dalam perang Salib benar-benar memalukan. Barat seperti
tertampar wajahnya di panggung sejarah. Perang Salib yang sudah mereka
persiapkan sejak ratusan tahun sebelumnya serta merta terkalahkan oleh umat
Islam dalam hitungan waktu yang tak seberapa lama, lebih kurang tiga tahun.
Gelora semangat umat Islam tiba-tiba bangkit, semangat juang para laskar
Mujahidin bersemburat laksana anak panah meluncur dari busurnya. Rasa
cinta kepada Sang Nabi menjadi energi baru yang mampu melesatkan jiwa raga kaum
Muslimin untuk terus maju meluluhlantakkan pertahanan pasukan Salib.
Maulid Nabi laksana bom waktu yang telah memporakporandakan benteng kaum Salib,
baik fisik maupun psikis.
Hal ini menimbulkan tanda tanya besar di benak
para pembesar kaum Salibi, sehingga akhirnya, mereka menemukan inti dari pemicu
kebangkitan semangat juang kaum Muslimin. Di tenagh-tengah kekalahan yang
memerahkan wajah pasukan Salib itu, mereka mencoba bangkit dari
kekalahannya. Pada tahun itu pula mereka membentuk gerakan yang bernama Biarawan
Sion, yaitu gerakan rahasia untuk menghancurkan khalifah Islam dan merebut
kembali Yerusalem dan membangun Negara Israil Raya.
Ada tiga agenda besar gerakan Biarawan Sion yang dilancarkan dalam
rangka meluluhlantakkan pertahanan umat Islam, baik secara fisik, psikis,
maupun idiologis: Pertama, memecah belah kekuatan Islam dan memadamkan
gerakan Maulid Nabi yang telah sukses mengalahkan musuh Islam. Mereka
menganggap bahwa perayaan Maulid Nabi ini mengancam dan membahayakan
kelangsungan gerakan Zeonisme, Kedua, membelokkan makna Islam dan
esensi Maulid Nabi yang sesungguhnya. Dengan demikian umat Islam memiliki
pemahaman yang salah tentang Maulid Nabi. Upaya ini dillancarkan secara
gencar oleh para orientalis, Ketiga, mengadu domba antara negara Islam
dan negara Kreisten Eropa.
Agenda gerakan Biarawan Sion untuk menghancurkan negara Islam menemukan momen
yang tepat. Setelah mereka meneguk kekalahan pada perang Salib III tahun
1219 M di bawah pimpinan Raja Jerman Frederik III, maka mereka segera
memanfaatkan perseteruan antara Raja Jengis Khan dari Mongol dan Khawarizmi,
Gubernur Abbasiyah, pada tahun 1227 M. Pada akhirnya Jengis Khan
menggerakkan pasukannya dan membumihanguskan kota Bagdad dan sekitarnya. Akhirnya
penguasa Barat menjajah negara-negara Islam dan secara perlahan-lahan mulai
dicekoki dengan pemahaman yang keliru tentang Maulid Nabi. Para
orientalis mempunyai peranan penting dalam mendistorsi makna Maulid Nabi.
Mereka membantu para penjajah untuk memadamkan semangat jihad. Maulid
Nabi yang awalnya menjadi inspirasi bagi terbangunnya heroisme umat Islam
diganti menjadi bagian dari adat dan budaya yang tak bersinggungan dengan
semangat jihad.
-
Perayaan Maulid Nabi tidak dapat serta mertra dikatakan sebagai perbuatan
bid’ah, kecuali kalau di dalamnya diadakan hal-hal yang tidak sesuai dengan
ajaran Islam, perayaannya sendiri hanyalah sebagai syiar Islam.
-
Kelompok yang melarang peringan maulid dapat dikatakan sebagai pendukung dan
pelanjut dari gerakan Biarawan Sion yang ingin memadamkan rasa cinta
kepada Rasulullah saw.
-
?????? ??????? ??? ???? ???????? ????? ???? ??? ?? ??? ???? ??? ??? ????????
(?????? :32)
Mereka hendak memadamkan cahaya Allah dengan
mulut mereka, tetapi Allah menolaknya, malah berkehendak menyempurnakan
cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir itu tidak menyukai.
Sumber : www.swarakalibata.com
Editor
: AAB
0 komentar:
Posting Komentar