Celoteh Anak Sang Petani


https://encrypted-tbn1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRH1QZ0jCNwJT1GOIF3MZVWnEH5wIu-TmbmbIfY1LX9JAAkRJAxVw

Malam semakin larut
 malam yang kulalui bersama mereka
yang tak pernah mengenal kata lelah dan cuti dalam berjuang
suara bising kendaraan tak kunjung berhenti
polusi tak henti-hentinya dihirup oleh manusia
dan entah sampai kapan polusi ini berhenti
penyakit pun kian mendera manusia
rasanya kota ini tak lagi nyaman kuhuni
aku ingat kampung halamanku
 rasanya ingin pulang
dan ingin menjauh dari kehidupan kota ini
kampungku yang jauh dari kebisingan kota hingga larut malam
yang berhamparan sawah dan ladang
pepohonan yang rindang dan hijau
hanya suara-suara jangkrik dan kodok terdengar dimalam hari
tapi bagaimana mungkin aku meninggalkannya?
disinilah aku mencari jati diriku
disinilah aku belajar tentang hidup
disinilah aku berjuang bersama kawan-kawanku
lalu kutemukan bahwa disinilah awal dari titik perjuanganku bersama mereka
membangun surga kecil
agar semua kalangan bisa mencicipinya
termasuk para anak tukang becak, para anak penjual sayur, para anak pemulung
yang sulit menikmati pendidikan
yang semua orang bisa menikmati pendidikan yang murah
merakyat, berkualitas, berkarakter dan religius
visi pendidikan ini terpatri dalam sanubari kami
tertancap dalam-dalam hingga tak lagi bisa
tercabut dalam diriku hingga akhir hayatku
bahwa pendidikan tak perlu harus mahal
pendidikan tak perlu harus dielitisasi
tidakkah kita ibah padanya
tidakkah kita ingin melihat mereka bahagia
tidakkah kita ingin melihat mereka hidup yang layak
bukkankah pendidikan adalah salah satu cara memperbaiki hidup,
memperbaiki jiwa, memperbaiki bangsa.
bukankah pendidikanmerupakan salah satu cara untuk melawan para penindas dinegeri ini
yang membiarkan para kaum miskin tetap dalam penderitaannya
mereka juga ingin hidup yang layak kan…!!!
 mereka juga ingin utuh dalam menyembah TUHANnya kan...!!!
kiranya kita sadar bahwa betapa sulitnya hidup mereka saat ini
 visi pendidikan yang Murah, Merakyat, Berkarakter, Berkualitas dan Religius
takkan kubiarkan punah oleh hantaman ombak para kapitalis-kapitalis
yang terus menghisap para kaum intelektual untuk tunduk padanya
yang terus menjadi budak para intelektual saat ini.

0 komentar:

Posting Komentar