Maulid Nabi Muhammad SAW



http://mahasiswaindonesia.com/foto_berita/64makam-rasulullah-saw.jpgSetiap datang bulan maulid sering diperbincangkan secara serius sekitar pelaksanaan perayaan maulid.  Dan sampai kini masih ada sekelompok kecil yang menganggap bahwa perayaan maulid adalah perbuatan bid’ah dengan alasan tidak pernah dilakukan oleh Nabi dan para ulama salaf.
            Dalam kesempatan ini, khatib mengajak untuk kembali menengok sejenak awal mula adanya perayaan maulid Nabi. Jika pada mulanya Maulid Nabi Muhammad saw dilakukan hanya dengan cara berpuasa oleh shahibul maulid, Nabi Muhammad saw, lalu diteruskan oleh para sahabat hingga tabiin dengan menyenandungkan pujian dan pembacaan biografi luhur Sang Nabi, maka selanjutnya Maulid Nabi berkembang menjadi sebuah perayaan yang meonumental dan semarak. Adapun orang yang mempelopori perayaan Maulid Nabi secara semarak adalah Abu Said Malik Mudhaffar, Gubernur wilayah Irbil di masa pemerintahan Sultan Salahuddin al-Ayyubi.
            Maulid Nabi dirayakan secara besar-besaran dan gegap gempita untuk mengimbangi maraknya perayaan Natal oleh umat Nasrani di negara-negara Islam. Peringatan Maulid Nabi ini sekaligus untuk menyatukan dan membangkitkan ruh jihad umat Islam. Pada saat itu umat Islam sedang menghadapi Perang Salib yang dihasut oleh Paulus Urbanus II di Celermont Perancis Selatan pada 26 Nopember 1095 M untuk merebut Masjid al-Aqsa dari tangan kaum muslimin untuk dijdikan gereja. Umat Islam sudah merasa lelah dan hampir putus asa menghadapi perlawanan tentara Salib yang didukung oleh seluruh negara Eropa.  Sebab secara politis, umat Islam pada saat itu terpecah belah menjadi beberapa kerajaan dan kesultanan yang sektoral, meskipun kekhalifahan tetap berada di Bagdad sebagai lambang persatuan spiritual.
Lebih dari 150 tahun lamanya umat Islam diintimidasi dan dijajah oleh tentara Nasrani yang berkalung salib.  Perang ini adalah perang yang paling biadab dalam sejarah umat manusia.  Tak sedikit tokoh-tokoh Islam diasingkan, sementara anak-anak kaum muslimin diserahkan kepada para pendeta untuk dikristenkan, bahkan ribuan yang lain orang Islam dibantai dan dieksekusi
           
Salahuddin al-Ayyubi berpendapat bahwa semangat juang umat Islam harus dihidupkan kembali dengan cara menumbuhkan kecintaan umat kepada nabinya dengan rasa cinta yang benar.  Dia menghimbau umat Islam di seluruh dunia agar memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad saw pada tanggal 12 Rabi’ul Awal setiap tahun.  Jangan sampai hari yang agung itu berlalu begitu saja tanpa ada peringatan atau perayaan apa-apa.
            Pada mulanya gagasan al-Ayyubi ini dipertanyakan oleh sebagian kecil kaum Muslimin, karena hari besar Islam itu Hanya dua, Idul Fitri dan Idul Adha.  Akan tetapi Salahuddin menegaskan bahwa perayaan Maulid Nabi Muhammad saw hanyalah upaya menyemarakkan syiar Islam, bukan perayaan yang bersifat ritual, bukan bersifat syar’i.  Sehingga perayaan maulid Nabi tidak dapat dikategorikan sebagai bid’ah yang dilarang.  Ketika Salahuddin al-Ayyubi meminta persetujuan dari Khalifah Abu Abbas Ahmad Nasiruddin di Bagdad, ternyata khalifah sangat setuju.
            Maka pada musim haji tahun 579 H/1183 M, Salahuddin sebagai penguasa Haramain (kota Mekah dan Madinah) mengeluarkan instruksi kepada seluruh jamaah haji, agar jika pulang ke kampung halaman masing-masing segera mensosialisasikan kepada umat Islam di mana saja berada, bahwa mulai tahun 580 H/1184 M, tanggal 12 Rabi’ul Awal dirayakan Maulid Nabi Muhammad saw dengan mengadakan berbagai kegiatan yang membangkitkan jihad umat Islam.
            Sebagai penggagas maulid Nabi secara semarak, Salahuddin al-Ayyubi pun mengadakan festival Maulid Nabi secara besar-besaran pada tahun yang sama.  Al-Ayyubi menyelenggarakn sayembara penulisan riwayat hidup Nabi Muhammad saw beserta puji-pujian bagi Sang Nabi dengan bahsa yang seindah mungkin.  Seluruh ulama dan sastrawan diundang untuk mengikuti kompetisi tersebut, dan tampil sebagai pemenangnya adalah Syaikh Ja’far al-Barzanji, dengan gubahan prosa bersajaknya yang dikenal dengan sebutan Maulid al-Barzanji dan dibaca oleh umat Islam di berbagai belahan dunia Muslim hingga ssat ini.
Hasilnya, Festival Maulid Nabi yang diselenggarakan Sultan Salahuddin al-Ayyubi membuahkan hasil yang gemilang.  Semangat umat Islam menghadapi laskar Salibis dalam perang Salib kembali bergelora.  Salahuddin berhasil menghimpun kekuatan, sehingga pada tahun 583 H/1187 M, Yerusalem direbut kembali oleh al-Ayyubi  dari tangan bangsa Eropa  dalam perang Hittin, sehingga masjid al-Aqsa  kembali sampai detik ini.
            Berkah peringatan maulid Nabi itulah, kemenangan berhasil diraih oleh kaum muslimin, masjid al-Aqsa pun kembali ke pangkuan umat Islam.  Namun di tengan gempita umat menyambut perayaan maulid Sang Nabi yang terekspresikan dalam berbagai bentuk acara  dan seremoni, ada sebagain oknum yang menentang perayaan maulid Nabi.  Bahkan para penentang ini melakukan konspirasi-konspirasi untuk melemahkan semangat jihad umat Islam.  Kelompok ini adalah Kristen Eropa dan kaum Zeonis yang bertujuan untuk menekan kekuatan Islam dari dalam dengan mengatasnamakan gerakan Islam Salafi.  Dicarilah dalil-dalil untuk menyesatkan pemahaman kaum Muslimin tentang Maulid Nabi yang sesungguhnya.  Karena mereka tahu betul kedahsyatan Maulid Nabi yang telah mampu menyentuh hati umat Islam yang paling dalam dan membangkitkan ghirah perjuangan untuk menghidupkan sunah-sunah Rasulullah, sehingga umat Islam selalu siap terjun ke medan perang untuk menghadapi musuh-musuhnya demi mendapatkan ridha Allah semata.
            Kekalahan Barat dalam perang Salib benar-benar memalukan.  Barat seperti tertampar wajahnya di panggung sejarah.  Perang Salib yang sudah mereka persiapkan sejak ratusan tahun sebelumnya serta merta terkalahkan oleh umat Islam dalam hitungan waktu yang tak seberapa lama, lebih kurang tiga tahun. Gelora semangat umat Islam tiba-tiba bangkit, semangat juang para laskar Mujahidin bersemburat laksana anak panah meluncur dari busurnya.  Rasa cinta kepada Sang Nabi menjadi energi baru yang mampu melesatkan jiwa raga kaum Muslimin untuk terus maju meluluhlantakkan pertahanan pasukan Salib.  Maulid Nabi laksana bom waktu yang telah memporakporandakan benteng kaum Salib, baik fisik maupun psikis.
           
Hal ini menimbulkan tanda tanya besar di benak para pembesar kaum Salibi, sehingga akhirnya, mereka menemukan inti dari pemicu kebangkitan semangat juang kaum Muslimin.  Di tenagh-tengah kekalahan yang memerahkan wajah pasukan Salib itu, mereka mencoba bangkit dari kekalahannya.  Pada tahun itu pula mereka membentuk gerakan yang bernama Biarawan Sion, yaitu gerakan rahasia untuk menghancurkan khalifah Islam dan merebut kembali Yerusalem dan membangun Negara Israil Raya.
            Ada tiga agenda besar gerakan Biarawan Sion yang dilancarkan dalam rangka meluluhlantakkan pertahanan umat Islam, baik secara fisik, psikis, maupun idiologis: Pertama, memecah belah kekuatan Islam dan memadamkan gerakan Maulid Nabi yang telah sukses mengalahkan musuh Islam.  Mereka menganggap bahwa perayaan Maulid Nabi ini mengancam dan membahayakan kelangsungan gerakan Zeonisme, Kedua, membelokkan makna Islam dan esensi Maulid Nabi yang sesungguhnya.  Dengan demikian umat Islam memiliki pemahaman yang salah tentang Maulid Nabi.  Upaya ini dillancarkan secara gencar oleh para orientalis, Ketiga, mengadu domba antara negara Islam dan negara Kreisten Eropa.
            Agenda gerakan Biarawan Sion untuk menghancurkan negara Islam menemukan momen yang tepat.  Setelah mereka meneguk kekalahan pada perang Salib III tahun 1219 M di bawah pimpinan Raja Jerman Frederik III, maka mereka segera memanfaatkan perseteruan antara Raja Jengis Khan dari Mongol dan Khawarizmi, Gubernur Abbasiyah, pada tahun 1227 M.  Pada akhirnya Jengis Khan menggerakkan pasukannya dan membumihanguskan kota Bagdad dan sekitarnya.  Akhirnya penguasa Barat menjajah negara-negara Islam dan secara perlahan-lahan mulai dicekoki dengan pemahaman yang keliru tentang Maulid Nabi.  Para orientalis mempunyai peranan penting dalam mendistorsi makna Maulid Nabi.  Mereka membantu para penjajah untuk memadamkan semangat jihad.  Maulid Nabi yang awalnya menjadi inspirasi bagi terbangunnya heroisme umat Islam diganti menjadi bagian dari adat dan budaya yang tak bersinggungan dengan semangat jihad.             
           

-         Perayaan Maulid Nabi tidak dapat serta mertra dikatakan sebagai perbuatan bid’ah, kecuali kalau di dalamnya diadakan hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, perayaannya sendiri hanyalah sebagai syiar Islam.
-         Kelompok yang melarang peringan maulid dapat dikatakan sebagai pendukung dan pelanjut dari gerakan Biarawan Sion yang ingin memadamkan rasa cinta kepada Rasulullah saw.
-         ?????? ??????? ??? ???? ???????? ????? ???? ??? ?? ??? ???? ??? ??? ???????? (?????? :32)
Mereka hendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut mereka, tetapi Allah menolaknya, malah berkehendak menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir itu tidak menyukai.
Editor : AAB

0 komentar:

Posting Komentar